Minggu, 15 Juni 2014

Contoh Artikel yang Mengandung Kalimat Induktif

Tanamkan Nilai-Nilai Kehidupan dengan Keteladanan

Penanaman nilai-nilai kehidupan kepada anak didik membutuhkan keteladanan dari guru, orangtua, dan masyarakat. Penanaman nilai-nilai tersebut tidak hanya berlangsung disekolah, tetapi juga dilingkungan keluarga dan masyarakat.

Berbagai permasalahan yang muncul dewasa ini, seperti maraknya kekerasan di jalanan, keluaga, dan sekolah, perilaku korupsi, perusakan lingkungan, etika yang menipis, kurangnya tanggungjawab dan tenggang rasa, memunculkan “gugatan” tentang hal-hal apa saja yang diajarkan di sekolah dan perguruan tinggi, termasuk kebijakan Depdiknas untuk menanamkan nilai-nilai kehidupan kepada anak didik.

Dalam peraturan perundangan, disebutkan tujuan pendidikan nasional adalah mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman, bertakwa, kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Tujuan pendidikan nasional itu, diterjemahkan ke dalam standar isi pendidikan, selanjutnya ke kurikulum tingkat satuan pendidikan.

Dalam mata pelajaran ilmu pengetahuan alam misalnya, nilai-nilai kehidupan yang ingin ditanamkan, antara lain keyakinan terhadap kebesaran Tuhan dan meningkatkan kesadaran untuk berperan serta memelihara, menjaga, dan melestarikan lingkungan alam.

Apabila sekolah merasa mata pelajaran yang dirancang secara nasional masih kurang menanamkan nilai-nilai kehidupan, sekolah berhak mengembangkan mata pelajaran muatan lokal. Misalnya, di Ambon dan Aceh telah dikembangkan pendidikan perdamaian.

Mata pelajaran yang diberikan kepada anak didik di sekolah telah mengajarkan nilai-nilai kehidupan. Hal yang penting adalah teladan guru dan orangtua. Kalau igin anak-anak sopan, ya kita harus sopan terlebih dahulu. Anak-anak itu melihat contoh.

Pendidikan nilai-nilai kehidupan sebagai bagian integral kegiatan pendidikan pada umumnya adalah upaya sadar dan terencana membantu anak didik mengenal, menyadari menghargai, dan menghayati nilai-nilai yang seharusnya dijadikan panduan bagi sikap dan perilaku sebagai manusia dalam hidup perorangan dan bermasyarakat. Pendidikan nilai akan membuat anak didik tumbuh menjadi pribadi yang tahu sopan-santun, memiliki cita rasa seni, sastra, dan keindahan pada umumnya, mampu menghargai diri sendiri dan orang lain, bersikap hormat terhadap keluhuran martabat manusia, memiliki cita rasa moral dan rohani.

Pendidikan nilai-nilai kehidupan tidak dapat berlangsung baik jika tidak ditunjang keteladanan pendidikan dan praksis sosial yang kontinu dan konsisten dari lingkungan sosial.

Proses belajar-mengajar harus mencakup tiga ranah pendidikan, yaitu kognitif, efektif, dan psikomotorik. Namun, konsep pendidikan di Indonesia cenderung mengarah pada ranah kognitif, sedangkan ranah afektif dan psikomotorik ditempatkan pada peran skunder.

Dengan melihat kecenderungan itu, sebaiknya Sekolah memberikan mata pelajaran budi pekerti, program pamong, dan program pelatihan motivasi. Pendidik secara terus-menerus harus diberi pemahaman bahwa nilai-nilai kehidupan tidak bisa begitu saja diajarkan tetapi harus disertai keteladanan oleh pendidik itu sendiri.

Nb : kalimat berhuruf tebal adalah kalimat yang mengandung kalimat induktif

Source :
Darmayanti, Nani. 2007. “Bahasa Indonesia untuk Sekolah Menengah Kejuruan Tingkat Media” (on-line).From http://books.google.co.id/booksid=264rOvSaHCwC&pg=PA46&dq=pengertian+dan+perbedaan+kalimat+induktif+dan+deduktif&hl=en&sa=X&ei=xJ5SU4q3IsmXrAfpuYDYAQ&redir_esc=y#v=onepage&q=pengertian%20dan%20perbedaan%20kalimat%20induktif%20dan%20deduktif&f=false

Tidak ada komentar:

Posting Komentar